Pasalnya di pesisir pantai selatan terjadi gelombang pasang yang diprediksi terjadi karena angin musim barat. Bagi para nelayan tradisional, kondisi gelombang tinggi membuat mereka harus mencari ikan di bibir pantai menggunakan jala tebar atau biasa disebut kecrik. Namun tingginya gelombang berbanding lurus dengan minimnya hasil tangkapan ikan
Alokasisemacam dana sosial ini siap digelontorkan guna mengatasi paceklik nelayan, akibat musim barat.'Sejak dihapus pada tahun 2008, pemerintah tak memiliki anggaran lagi untuk membantu nelayan dalam menghadapi masa paceklik nelayan ini,' ujar Riyono yang dikonfirmasi, Sabtu (7/1).Penghapusan ini, lanjutnya, juga berdampak pada keuangan di
KBRN Manggar : Masuki musim paceklik, nelayan di pantai Mudong, Kabupaten Belitung Timur (Beltim), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Kesulitan melaut, akibat gelombang tinggi dan angin kencang, hingga membuat mereka terpaksa menyandarkan perahunya selama beberapa bulan.
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Jakarta ANTARA - Fenomena musim paceklik ikan atau biasa disebut musim angin barat sebenarnya adalah kejadian tahunan yang kerap diketahui banyak orang khususnya di kawasan pesisir. Pada periode yang biasanya terjadi dari awal Desember hingga pertengahan Februari, cuaca biasanya sangat buruk serta ombak sangat bergelombang dan tinggi. Akibatnya, kondisi itu juga berbahaya bagi nelayan yang ingin melaut untuk menangkap ikan guna menghidupi kehidupan sehari-hari mereka dan anggota keluarganya. Hal tersebut juga mengakibatkan tangkapan ikan juga biasanya menjadi merosot, sehingga nama dari fenomena tersebut disebut dengan sebutan musim paceklik ikan. Pada saat-saat seperti itu, biasanya nelayan akan mengisi waktu mereka antara lain dengan memperbaiki alat tangkap maupun kondisi perahu mereka. Ada pula nelayan yang kerja serabutan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga karena pendapatan dari melaut nyaris tidak ada. Apalagi, biasanya kantor BMKG di berbagai daerah juga kerap menyuarakan peringatan dan mengimbau agar nelayan berhati-hati serta waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi di laut. Dengan tidak adanya pendapatan dari melaut, maka tentu saja fenomena itu sangat berpengaruh kepada kondisi nelayan kecil dan anggota keluarganya, yang kerap bergantung kepada hasil sehari-hari dari menangkap ikan. Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim menyarankan dalam rangka mengatasi dampak musim paceklik ikan, perlu diberikan skema bantuan seperti Bantuan Langsung Tunai BLT kepada nelayan kecil dan anggota mereka. Bantuan seperti itu dinilai sangatlah berarti untuk membantu mengangkat beban nelayan dan anggota keluarganya. Diperparah pandemi Dampak paceklik ikan kepada tingkat kesejahteraan kalangan masyarakat pesisir itu juga diperparah dengan kondisi pandemi COVID-19 yang masih menerpa. Pandemi juga menyebabkan beban menjadi berganda bagi nelayan kecil, yaitu selain tidak bisa melaut, juga merasa cemas dengan kondisi kesehatan saat wabah. Efek dari pandemi yang masih merajalela di bumi Nusantara itu juga sedikit banyak berdampak kepada tingkat perekonomian warga, termasuk nelayan kecil. Dengan terhimpit beban ekonomi itu, masih ada nelayan yang terpaksa untuk tetap melaut guna mencari sesuap nasi bagi anggota keluarga mereka. Akibat dari melaut dengan cuaca yang tidak bersahabat dan bergelombang tinggi, maka potensi terjadi kecelakaan juga sangatlah tinggi. Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch DFW Indonesia Moh Abdi Suhufan mengingatkan bahwa dalam kurun waktu 1 Desember 2020-10 Januari 2021, pihaknya menemukan ada hingga sebanyak 13 kali insiden kecelakaan yang dialami oleh perahu nelayan dan kapal perikanan di perairan Indonesia. Dari jumlah tersebut, ditemukan bahwa tercatat sebanyak 48 orang menjadi korban dengan rincian 28 orang hilang, tiga orang meninggal, dan 17 orang selamat. Berbagai tragedi kecelakaan itu utamanya terjadi karena cuaca ekstrim seperti gelombang tinggi yang menyebabkan kapal terbalik, tabrakan dengan kapal besar, kerusakan mesin dan terbawa arus. Dengan banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi, maka nelayan juga diharapkan dapat betul-betul mematuhi imbauan otoritas pelabuhan serta tidak memaksakan diri untuk melaut bila cuaca tidak mendukung. Terkait kepada kasus kecelakaan yang menimpa nelayan, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga menyatakan telah mengupayakan pemenuhan hak awak kapal perikanan baik berupa jaminan kecelakaan kerja bagi mereka yang selamat, dan santunan jaminan kematian untuk keluarga awak kapal perikanan yang dilaporkan meninggal dunia. Asuransi wajib Plt Dirjen Perikanan Tangkap KKP M Zaini juga mengingatkan bahwa asuransi wajib dimiliki oleh awak kapal perikanan yang merupakan tanggung jawab dari perusahaan perikanan/pemilik kapal perikanan. Hal tersebut juga tertuang dalam perjanjian kerja laut antara awak kapal perikanan dengan pemilik kapal perikanan atau perusahaan perikanan. Seperti diketahui, perjanjian kerja laut menjadi salah satu syarat kapal perikanan dapat melakukan aktivitas penangkapan ikan. Sebelum kapal meninggalkan pelabuhan perikanan, Syahbandar perikanan akan melakukan pengecekan ulang seluruh dokumen kapal termasuk perjanjian kerja laut. Penerapan perjanjian perjanjian kerja laut bagi awak kapal perikanan itu juga merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk pelaksanaan sistem hak asasi manusia pada usaha perikanan, khususnya usaha perikanan tangkap. Tujuan dari hal tersebut agar awak kapal perikanan mendapatkan kesejahteraan serta jaminan sosial berupa jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pensiun. KKP juga menyatakan tegas akan terus mengawal penerapan dari berbagai ketetapan tersebut dan mendorong perusahaan perikanan menerapkannya sebagai upaya meningkatkan taraf hidup awak kapal perikanan. Peneliti DFW Indonesia Muh Arifuddin juga menginginkan pemerintah dapat meningkatkan pengawasan kepada kapal nelayan dan kapal perikanan yang akan melaut. Pengawasan itu dapat dilakukan antara lain dengan gencar melakukan inspeksi dalam rangka memeriksa aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Berbagai alat yang harus dipastikan terdapat dalam kapal ikan antara lain adalah pelampung hingga radio komunikasi. Dengan adanya radio komunikasi, maka identitas kapal akan dapat diketahui sehingga bisa memudahkan upaya penyelamatan di laut bila sewaktu-waktu terjadi kecelakaan saat melaut. Apalagi, biasanya di sejumlah lokasi ada pihak penjaga pantai yang kerap memantau situasi di laut selama 24 jam sehari melalui kanal saluran radio. Sedangkan bila hanya mengandalkan telepon seluler maka berpotensi tidak bisa dimanfaatkan bila karena jangkauan sinyal seluler cenderung relatif pendek, serta bila tidak ada sinyal maka dapat dipastikan kehilangan kontak pula. Selain itu, pemerintah juga dinilai perlu melakukan program pelatihan dan simulasi kepada nelayan dan awak kapal perikanan jika menghadapi kecelakaan di tengah laut. Dengan benar-benar mengantisipasi berbagai aspek tersebut, maka diharapkan juga bisa meminimalkan jumlah korban karena kecelakaan saat melaut, serta mengatasi dampak lainnya musim paceklik ikan kepada kalangan nelayan kecil. Baca juga Pengamat Musim paceklik ikan, BLT perlu diberikan ke nelayan kecil Baca juga KKP nilai ruang pendingin bermanfaat antisipasi paceklik ikan Baca juga Pendapatan nelayan anjlok, pemerintah diminta beli tangkapan nelayan Baca juga KKP kembangkan riset pendingin mini untuk kapal nelayan COPYRIGHT © ANTARA 2021
Mahasiswa/Alumni Universitas Sanata Dharma Yogyakarta28 Juli 2022 0918Jawaban yang benar adalah B. Sebab-akibat. Mari simak penjelasan berikut untuk mengetahui alasannya. Teks eksposisi adalah sebuah bentuk teks atau tulisan yang memuat tentang informasi maupun pengetahuan, dan bertujuan untuk memberitahukan informasi atau pengetahuan berdasarkan fakta sesuai dengan sudut pandangan tertentu. Lebih lanjut, pada penggalan teks yang ada, menunjukkan bahwa jenis teks eksposisi tersebut adalah sebab-akibat. Hal tersebut sesuai dengan kalimat yang ada pada penggalan tersebut, seperti berikut, "Keadaan ini berlangsung selama dua minggu disebabkan bulan terang dan gelombang laut tinggi" dan "Akibatnya, produksi ikan hasil tangkapan menurun." Kedua kutipan tersebut menunjukkan hubungan sebab akibat mengapa nelayan di pesisir pantai Sumatra Barat mengalami musim paceklik. Dengan demikian, jawaban yang benar adalah B. Sebab-akibat.
AMLAPURA - Nelayan sekitar Pantai Ujung Pesisi, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Bali, keluhkan minimnya hasil tangkapan ikan di tengah laut, Selasa 9/6/2020 siang. Minimnya tangkapan ikan sekitar Kab. Karangasem terjadi sejak dua minggu yang lalu, tepatnya akhir Bulan Mei 2020. Romi, nelayan asal Ujung Pesisi mengatakan, hasil tangkapan menurun. Per hari nelayan hanya dapat ikan 20 sampai 50 ikan tongkol. • Hanya Butuh 5 Bahan, Berikut Resep Strawberry and Mango Yoghurt Trifle Segar • Pesawat Tempur China Masuk Zona Pertahanan Udara Taiwan, Jet Angkatan Udara Lakukan Pengusiran • Roadmap To Bali’s Next Normal, Australia Siap Segera ke Bali Kadang beberapa nelayan yang turun melaut tak mendapat ikan. "Sekarang paling banyak dapat 50 ekor,"jelas Romi saat ditemui di Pantai, Selasa 9/6/2020. Minimnya hasil tangkapan dipicu karena sedikitnya ikan, terutama tongkol, kepermukaan laut. Penyebabnya karena perubahan suhu di tengah laut, sehingga nelayan mengalami paceklik ikan. Biasanya saat musim panas seperti sekarang ini banyak ikan tongkol kepermukaan cari makanan. "Semoga paceklik segera berakhir. Sehingga nelayan bisa mendapat hasil tangkapan lebih. Biasanya, para nelayan dapat ikan sampai ribuan ekor saat musimnya. Sekarang paceklik, per hari hanya dapat puluhan ekor,"imbuh Romi, pria asal Ujung Pesisi. Firmansyah, rekan Romi, menambahkan, beberapa nelayan sementara tidak turun melaut karena paceklik. Sebagian nelayan mengaku merugi lantaran hasil tangkapan ikan tak sesuai dengan modal yang dikeluarkan. Per harinya beli bahan bakar minyak ribu, tangkapan cuma 20 ekor. "Cuaca di tengah laut landai, masih bersahabat dengan nelayan. Cuma ikan ditengah laut yang jarang. Padahal harga ikan sekarang lumayan. Per ekornya bisa capai tembus angka 3-4 ribu. Permintaan juga meningkat drastis,"tambah Firmansyah.
nelayan di pesisir pantai sumatera barat menghadapi musim paceklik